si pencari ilmu: pengertian APEC

Monday, February 28, 2011

pengertian APEC

APEC adalah singkatan dari Asia-Pacific Economic Cooperation atau Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik. APEC didirikan pada tahun 1989. APEC bertujuan mengukuhkan pertumbuhan ekonomi dan mempererat komunitas negara-negara di Asia Pasifik. APEC adalah singkatan dari Asia-Pacific Economic Cooperation atau Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik. APEC didirikan pada tahun 1989. APEC bertujuan mengukuhkan pertumbuhan ekonomi dan mempererat komunitas negara-negara di Asia Pasifik.
Dengan kata lain Asia-Pacific Economic Cooperation, atau APEC, adalah forum utama untuk memfasilitasi pertumbuhan ekonomi, kerjasama, perdagangan dan investasi di kawasan Asia-Pasifik.
APEC adalah satu-satunya pemerintahan antar kelompok di dunia yang beroperasi atas dasar komitmen yang tidak mengikat, dialog terbuka dan sama menghormati pandangan dari semua peserta. Tidak seperti WTO atau badan-badan perdagangan multilateral lainnya, APEC tidak memiliki kewajiban perjanjian yang diperlukan dari peserta. Keputusan yang dibuat dalam APEC yang dicapai dengan konsensus dan komitmen yang dilakukan secara sukarela.
APEC memiliki 21 anggota – disebut sebagai “Member Ekonomi” – yang menyumbang sekitar 40,5% 1 dari populasi dunia, sekitar 54,2% 1 dari GDP dunia dan sekitar 43,7% 2 dari perdagangan dunia.
Maksud dan Tujuan
APEC didirikan pada tahun 1989 untuk lebih meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran untuk wilayah dan untuk memperkuat komunitas Asia-Pasifik.
Sejak awal, APEC telah bekerja untuk mengurangi tarif dan hambatan perdagangan lain di wilayah Asia-Pasifik, menciptakan ekonomi domestik yang efisien dan secara dramatis meningkatkan ekspor. Kunci untuk mencapai visi APEC adalah apa yang disebut sebagai ‘Tujuan Bogor’ yang bebas dan terbuka perdagangan dan investasi di kawasan Asia-Pasifik pada tahun 2010 untuk ekonomi industri hingga 2020 untuk mengembangkan ekonomi.. Tujuan ini diadopsi oleh 1994 mereka Para pemimpin di pertemuan di Bogor, Indonesia.
Bebas dan terbuka membantu perdagangan dan investasi ekonomi untuk tumbuh, menciptakan lapangan kerja dan memberikan kesempatan yang lebih besar untuk perdagangan internasional dan investasiSebaliknya, proteksi harga tetap tinggi dan mendorong inefisiensi dalam industri-industri tertentu. erdagangan bebas dan terbuka membantu menurunkan biaya produksi dan dengan demikian mengurangi harga barang dan jasa – manfaat langsung bagi semua.
APEC juga bekerja untuk menciptakan lingkungan yang aman dan efisien pergerakan barang, jasa dan orang di seluruh di wilayah perbatasan melalui kebijakan ekonomi dan kesejajaran dan kerjasama teknis.
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)APEC
KTT APEC diadakan setiap tahun di negara-negara anggota. Pertemuan pertama organisasi APEC diadakan di Canberra, Australia pada tahun 1989.APEC menghasilkan “Deklarasi Bogor” pada KTT 1994 di Bogor yang bertujuan untuk menurunkan bea cuka hingga nol dan lima persen di lingkungan Asia Pasifik untuk negara maju paling lambat tahun 2010 dan untuk negara berkembang selambat-lambatnya tahun 2020.Pada tahun 1997, KTT APEC diadakan di Vancouver, Kanada. Kontroversi timbul ketika kepolisian setempat menggunakan bubuk merica untuk meredakan aksi para pengunjuk rasa yang memprotes kehadiran Soeharto yang menjabat sebagai presiden Indonesia pada saat itu. Pada tahun 2003, kepala organisasi Jemaah Islamiyah Riduan Isamuddin alias Hambali berencana melancarkan serangan pada KTT APEC di Bangkok, Thailand. Hambali ditangkap di kota Ayutthaya oleh kepolisian setempat sebelum ia dapat melaksanakan serangan itu.Pada tahun 2004, Chili menjadi negara Amerika Selatan pertama yang menjadi tuan rumah KTT APEC.
Peran Serta Indonesia Dalam APEC
Pada bulan Agustus 2005, Departemen Luar Negeri (Deplu) bekerja sama dengan CSIS mengadakan workshop dengan tema “APEC dan Indonesia di Persimpangan Jalan”. Workshop ini, yang dihadiri kalangan swasta, akademisi, LSM, dan pemerintah, dibagi menjadi dua sesi. Sesi Pertama membahas tema ”Mid-Term Stocktake: Kemajuan dan Tantangan dalam Bidang Liberalisasi dan Fasilitasi Menuju Bogor Goals”. Fokus sesi ini adalah mengidentifikasi sejauh mana liberalisasi perdagangan dan investasi dalam forum APEC telah dicapai. Berbagai hambatan pada bidang-bidang yang belum mencapai kemajuan juga dibahas dalam sesi ini.
Tema Sesi Kedua adalah “APEC dan Indonesia: Relevansi APEC dalam Membahas Isu-Isu di luar Isu-Isu Ekonomi”. Sesi ini membahas prioritas jangka panjang Indonesia di APEC dan relevansi APEC sebagai forum untuk membahas isu-isu non-ekonomi, seperti isu sosial dan keamanan.
Seminar diawali oleh laporan Dirjen Asia Pasifik dan Afrika, Deplu dan dilanjutkan oleh pidato pembukaan Menteri Luar Negeri serta keynote speech Menteri Perdagangan. Menteri Luar Negeri menekankan bahwa, sebagai salah satu pendiri kerjasama ini, Indonesia memainkan peran yang sangat menentukan untuk merumuskan visi APEC dan telah berperan aktif dalam mencetuskan Bogor Goals, yaitu mewujudkan kawasan perdagangan dan investasi yang bebas dan terbuka tahun 2010 untuk ekonomi maju serta 2020 untuk ekonomi berkembang. Menlu menggarisbawahi agar Indonesia dapat kembali memainkan peran kepemimpinan dalam proses APEC.
Menteri Perdagangan dalam sambutannya, menekankan bahwa APEC merupakan forum kerjasama yang penting bagi Indonesia. APEC dapat bermanfaat bagi Indonesia khususnya dalam hal peningkatan fasilitas perdagangan dan investasi serta Economic and Technical Cooperation (ECOTECH). Menteri Perdagangan menggarisbawahi bahwa kerjasama APEC tetap relevan mengingat anggotanya dapat mendiskusikan isu-isu perdagangan dan investasi tanpa harus bernegosiasi, suatu hal yang tidak dapat dilakukan di World Trade Organization (WTO).
Para pembicara yang tampil pada Sesi Pertama adalah Mahendra Siregar, Deputi Bidang Kerjasama Ekonomi Internasional Menko Perekonomian, Pos M. Hutabarat, Staf Ahli Depdag, dan David Parsons, APEC Business Advisory Council (ABAC), sedangkan para pembahas adalah Wisber Loeis, Mantan Dirjen HELN Deplu, dan Alexander Chandra, Institute for Global Justice. Direktur Perdagangan dan Perindustrian Multilateral, Deplu bertindak sebagai moderator pada sesi ini.
Para pembicara pada Sesi Kedua adalah Ali Alatas, Mantan Menlu RI, dan Hadi Soesastro, Centre for Strategic and International Studies (CSIS), sedangkan yang bertindak sebagai pembahas adalah Lepi Tarmidi, Universitas Indonesia (UI), dan Abdullah Hehamahua, Penasehat KPK. Direktur Kerjasama Intra Kawasan Asia Pasifik dan Afrika, Deplu bertindak sebagai moderator .
Latar Belakang Pembentukan APEC
Konperensi negara-negara kawasan Asia Pasifik yang dilaksanakan atas prakarsa Australia pada bulan November 1989 di Canberra merupakan forum antar pemerintah yang kemudian dikenal dengan nama “Asia Pacific Ekonomic Cooperation” atau disingkat APEC. Latar belakang berdirinya APEC ditandai dengan kebutuhan pembangunan ekonomi regional akibat globalisasi sistem perdagangan, dan adanya perubahan berbagai situasi politik dan ekonomi dunia sejak pertengahan tahun 1980-an
Kemajuan teknologi di bidang transportasi dan telekomunikasi semakin mendorong percepatan perdagangan global yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan yang cepat pada pasar uang, arus modal, dan meningkatnya kompetisi untuk memperoleh modal, tenaga kerja terampil, bahan baku, maupun pasar secara global. Globalisasi perdagangan ini mendorong meningkatnya kerja sama ekonomi di antara negara-negara seka-wasan seperti Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) yang menerapkan sistem pasar tunggal untuk Eropa; North American Free Trade Area (NAFTA) di kawasan Amerika Utara; ASEAN Free Trade Area (AFTA) di kawasan Asia Tenggara; dan Closer Economic Relations (CER) yang merupakan kerja sama ekonomi antara Australia dan Selandia Baru.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada dekade 80-an juga ditandai oleh berakhirnya perang dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet dan diikuti dengan berkurangnya persaingan persen-jataan. Forum-forum internasional yang seringkali didominasi dengan pembahasan masalah pertahanan dan keamanan, mulai digantikan dengan pembahasan masalah-masalah ekonomi dan perdagang-an. Sejalan dengan perubahan tersebut, timbul pemikiran untuk mengalihkan dana yang semula digunakan untuk perlombaan senjata ke arah kegiatan yang dapat menunjang kerja sama ekonomi antar negara.
Kerja sama APEC dibentuk dengan pemikiran bahwa dinamika perkembangan Asia Pasifik menjadi semakin kompleks dan di antaranya diwarnai oleh perubahan besar pada pola perdagangan dan investasi, arus keuangan dan teknologi, serta perbedaan keunggulan komparatif, sehingga diperlukan konsultasi dan kerja sama intra-regional. Anggota ekonomi APEC memiliki keragam-an wilayah, kekayaan alam serta tingkat pembangunan ekonomi, sehingga pada tahun-tahun per-tama, kegiatan APEC difokuskan secara luas pada pertukaran pandangan (exchange of views) dan pelaksanaan proyek-proyek yang didasarkan pada inisiatif-inisiatif dan kesepakatan para anggotanya.
Tujuan Pendirian APEC
Pada Konperensi Tingkat Menteri (KTM) I APEC di Canberra tahun 1989, telah disepakati bahwa APEC merupakan forum konsultasi yang longgar tanpa memberikan “Mandatory Consequences” kepada para anggota-nya. Dari kesepakatan yang diperoleh dalam pertemuan tersebut dapat disimpulkan bahwa APEC memiliki dua tujuan utama:
1. Mengupayakan terciptanya liberalisasi perdagangan dunia melalui pembentukan sistem perdagangan multilateral yang sesuai dengan kerangka GATT dalam rangka memajukan proses kerja sama ekonomi Asia Pasifik dan perampungan yang positif atas perundingan Putaran Uruguay.
2. Membangun kerja sama praktis dalam program-program kerja yang difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang menyangkut penyelenggaraan kajian-kajian ekonomi, liberalisasi perdagangan, investasi, alih teknologi, dan pengembangan sumber daya manusia.
Sesuai kepentingannya, APEC telah mengembangkan suatu forum yang lebih besar substansinya dengan tujuan yang lebih tinggi, yaitu membangun masyarakat Asia Pasifik dengan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang merata melalui kerja sama perdagangan dan ekonomi. Pada pertemuan informal yang pertama para pemimpin APEC di Blake Island, Seattle, Amerika Serikat tahun 1993, ditetapkan suatu visi mengenai masyarakat ekonomi Asia Pasifik yang didasarkan pada semangat keterbukaan dan kemitraan; usaha kerja sama untuk menyelesaikan tantangan-tantangan dari perubahan-perubahan; pertukaran barang, jasa, investasi secara bebas; pertumbuhan ekonomi dan standar hidup serta pendidikan yang lebih baik, serta pertumbuhan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Sekretariat APEC
Sekretariat APEC dibentuk pada tahun 1993. Para pegawai Sekretariat APEC terdiri atas 21 pejabat dari seluruh negara anggota ekonomi dan beberapa orang staf lokal. Sekretariat APEC dipimpin oleh seorang Direktur Eksekutif dengan masa tugas satu tahun dan berasal dari negara anggota ekonomi yang sedang menjadi ketua APEC.
Indonesia menempatkan wakil-nya di Sekretariat APEC dan mendapat tugas sebagai Direktur Bidang Gender dan Policy Level Group on Small and Medium Enterprises (PLG SME) sejak tahun 1998.
Sekretariat APEC yang berdomisili di Singapore, dalam melaksanakan tugasnya terbagi dalam beberapa bidang yakni, Sekretariat APEC di bidang Committee on Trade and Investment (CTI), bidang services, Tariff and Non Tariff Measures (NTMs), bidang Standards and Conformance (SCSC), bidang Customs Procedures (SCCP), bidang Intelectual Pro-perty Right (IPEG), Competition Policy, Government Procurement (GPEG), Deregulation, Rules of Origin, Dispute Mediation, Mobility of Business People, Implementation of Uruguay Round Outcomes (UR Outcomes), Early Voluntary Sectoral Liberalization (EVSL), Economic Committee, Budget and Management Committee (BMC), ECOTECH, Energy, Fisheries, Human Recources Development (HRD), Industrial Science and Technology (ISTWG), Marine Resource Conservation, Telecommunications, Tourism, Trade Promotion, Transportation, Policy Level Group on Small and Medium Enterprises (PLG SME), Agrculture Technical Cooperation Reports Group (ATC), APEC Study Centers, Sustainable Development, Infrastructure Workshop, Gender Issues Sustainable Recovery, Management Review, Electronic Commerce, APEC Food System, Public Affairs, Communications and Database.
Sekretariat APEC berfungsi untuk:
- menunjang mekanisme kegiat-an APEC
- menyediakan “advisory” teknis untuk koordinasi pembinaan bidang perdagangan
- mengenalkan dan menginfor-masikan peranan APEC kepada masyarakat dunia.
PENGERTIAN APEC
APEC (Asia Pacific Economic Cooperation) atau kerja sama ekonomi kawasan Asia Pasifik. Kerja sama ini pertama kali dicetuskan oleh mantan Perdana Menteri Australia, Bob Hawke. Kerja sama ekonomi ini adalah forum kerja sama ekonomi terbuka, informal, tidak mengikat, dan tetap berjalan searah dengan aturan WTO (World Trade Organization) serta berbagai perjanjian internasional.Pertemuan pertama diadakan pada bulan Januari 1989 di Canberra, Australia yang dihadiri oleh 12 negara, yaitu enam negara anggota ASEAN, Kanada, Australia,SelandiaBaru,AmerikaSerikat, Korea Selatan dan Jepang, yang secara resmi menyepakati pendirian APEC. Pada waktu pertemuan tersebut telah disetujui beberapa hal, antara lain:
• APEC didirikan bukan menjadi suatu blok perdagangan;
• Segala pemikiran dan pertimbangan akan diberikan pada diversifikasi yang ada di kawasan Asia Pasifik; serta
• Kerja sama ini akan terpusat pada hal-hal praktis yang bertujuan menguatkan saling ketergantungan ekonomi di kawasan Asia Pasifik.
Pertemuan kedua pada bulan Juni 1990 di Singapura, ke-12 negara APEC sepakat membentuk tujuh kelompok kerja yang bertugas mengumpulkan data tentang perkembangan terakhir perekonomian negara anggota, antara lain bidang jasa, investasi, pengalihan teknologi, perkembangan sumber daya manusia, kerja sama energi, sumber daya laut, dan telekomunikasi. Program kerja sama lain yang turut digarap adalah pariwisata, transportasi, dan pengembangan usaha perikanan.
Pertemuan ketiga pada bulan November 1991 di Seoul, Korea Selatan, menghasilkan kesepakatan masuknya Cina, Hongkong dan Taiwan sebagai anggota baru APEC.
Pertemuan keempat pada bulan September 1992 di Bangkok, Thailand. anggota APEC sepakat membentuk sekretariat APEC yang bermarkas di Singapura.
Pada KTT-APEC pertama di Seattle, Amerika Serikat pada bulan November 1993 disepakati penambahan anggota baru, yaitu Mexico, Papua Nugini dan Cile. Dalam KTT-APEC yang pertama ini juga dinyatakan tentang visi APEC, yaitu untuk mewujudkan komunitas ekonomi Asia Pasifik yang berdasarkan semangat keterbukaan dan kemitraan, serta upaya kerja sama untuk menghadapi tantangan perubahan, pertukaran barang, jasa dan investasi secara bebas, pertumbuhan ekonomi yang luas serta standar kehidupan dan pendidikan yang jauh lebih tinggi, dan pertumbuhan yang berkesinambungan dengan memperhatikan aspek-aspek lingkungan.

ASIA PACIFIC ECONOMIC COOPERATION (APEC)
GAMBARAN UMUM
1. Forum Kerjasama Ekonomi negara-negara di kawasan Asia Pasifik (Asia Pacific
Economic Cooperation-APEC) dibentuk pada tahun 1989 berdasarkan gagasan
Perdana Menteri Australia, Bob Hawke. Tujuan forum ini selain untuk
memperkuat pertumbuhan ekonomi kawasan juga mengembangkan dan
memproyeksikan kepentingan-kepentingan kawasan dalam konteks multilateral.
2. Mengingat APEC lebih dititikberatkan pada hubungan ekonomi, maka setiap
anggota, termasuk negara, disebut sebagai entitas ekonomi. Keanggotaan APEC
terdiri dari 21 ekonomi yang terdiri dari Australia, Brunei Darussalam, Kanada,
Chile, China, Hong Kong, Indonesia, Jepang, Korea, Malaysia, Meksiko, PNG, Peru,
Filipina, Rusia, Singapura, Chinese Taipei, Thailand, AS dan Vietnam.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh APEC Secretariat, total penduduk di
wilayah APEC mencapai 2,6 milyar dengan total GDP mencapai 57 persen (US$
19,254 milyar) dari GDP dunia, serta total perdagangan APEC mencapai 47
persen dari total perdagangan dunia.
3. Dengan potensi perdagangan dan investasi yang ada di APEC, dalam sepuluh
tahun terakhir data ekonomi makro APEC telah menunjukkan peningkatan, antara
lain (i) peningkatan ekspor APEC sebesar 113 persen yang mencapai USD 2,5
trilyun; (ii) meningkatnya pertumbuhan foreign direct investment di APEC yaitu
sebesar 210 persen untuk seluruh APEC, dan sebesar 475 persen di ekonomi
yang berpendapatan rendah, (iii) pertumbuhan GDP sebesar 33 persen untuk
seluruh APEC dan 74 persen di ekonomi yang berpendapatan rendah.
4. Sebagai forum regional, APEC memiliki karakteristik yang membedakannya dari
berbagai forum kerjasama ekonomi kawasan lainnya, yakni sifatnya yang tidak
mengikat (non-binding). Berbagai keputusan diperoleh secara konsensus dan
komitmen pelaksanaannya didasarkan pada kesukarelaan (voluntarism). Selain
itu APEC juga dilandasi oleh prinsip-prinsip konsultatif, komprehensif, fleksibel,
transparan, regionalisme terbuka dan pengakuan atas perbedaan pembangunan
antara ekonomi maju dan ekonomi berkembang.
5. Sejak pembentukannya, berbagai kegiatan APEC telah menghasilkan berbagai
komitmen antara lain pengurangan tariff dan hambatan non tariff lainnya di
kawasan Asia-Pasifik, menciptakan kondisi ekonomi domestik yang lebih efisien
dan meningkatkan perdagangan secara dramatis. Visi utama APEC tertuang
dalam 'Bogor Goals' of free and open trade and investment in the Asia-Pacific by
2010 for industrialised economies and 2020 for developing economies yang
diterima dan disepakati oleh Kepala Negara dalam pertemuan di Bogor, Indonesia
pada tahun 1994.
APEC DAN PERKEMBANGANNYA
1. Kemajuan pesat yang dialami APEC tidak lepas dari dorongan politis langsung
yang diberikan para Pemimpin melalui APEC Economic Leaders Meeting sejak
AELM I di Blake Island, AS tahun 1993. Sejak saat itu, telah berlangsung 12 (dua
belas) kali pertemuan. Namun demikian, AELM tahun 1993-1996 merupakan
tahapan-tahapan penting yang menjadi dasar kerjasama APEC.
2. Tahapan kegiatan APEC telah berkembang dari perumusan visi di Blake ke
tahapan target dan komitmen pada AELM II di Indonesia tahun 1994 yang
mencatat momentum penting dalam sejarah perkembangan APEC dengan
disepakatinya Bogor Goals yang memuat kerangka waktu liberalisasi
perdagangan dan investasi secara penuh pada tahun 2010 untuk ekonomi maju,
dan 2020 untuk ekonomi berkembang.
Tiga unsur kerjasama APEC, sebagaimana disebutkan dalam Deklarasi Para
Pemimpin APEC di Bogor tersebut adalah:
• strengthening the open multilateral trading system
• enhancing trade and investment liberalization in the Asia-Pacific; dan
• intensifying Asia-Pacific development cooperation.
Dimasukkannya wacana mengenai kerjasama pembangunan Asia Pasifik (butir 3)
merupakan inisiatif Indonesia. Tujuannya, sebagaimana disebutkan dalam
Deklarasi Bogor, adalah untuk mendorong negara anggota APEC untuk
mengembangkan sumber daya alam maupun manusia di kawasan Asia dan
Pasifik guna mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dan
pembangunan yang merata dengan mengurangi jurang ekonomi di antara para
anggota APEC.
3. Selanjutnya, pada Pertemuan Pemimpin APEC di Osaka, Jepang tahun 1995,
dicatat beberapa perkembangan penting di APEC, antara lain:
Ø deklarasi tiga pilar kerjasama APEC berdasarkan Deklarasi Bogor, yaitu
liberalisasi dan fasilitasi perdagangan dan investasi (lebih dikenal sebagai pilar
TILF/Trade and Investment Liberalization and Facilitation), serta pilar Economic
and Technical Cooperation (ECOTECH);
Ø penetapan Osaka Action Agenda (OAA), yang merupakan cetak biru liberalisasi
dan fasilitasi perdagangan dan investasi untuk mengarahkan kerjasama ekonomi
dan teknik. OAA digunakan sebagai ukuran dalam perancangan rencana kerja dan
proyek-proyek APEC, dan terbagi atas: Bagian Pertama yang memuat elaborasi
kerja di bawah pilar Trade and Investment Liberalization Facilitation (TILF); dan
Bagian Kedua, yang memuat rencana kerja dalam kerangka ECOTECH dan
menetapkan bidang-bidang kerjasama sesuai dengan Working Group;

4. Pada tahun 1996 di Manila, dihasilkan pijakan penting untuk pilar ECOTECH,
yaitu deklarasi para pemimpin APEC mengenai Framework for Strengthening
Economic Cooperation and Development, yang selanjutnya lebih dikenal sebagai
MAPA (Manila APEC Plan of Action). MAPA menetapkan enam wilayah prioritas
kerjasama di bawah pilar ECOTECH, yaitu: (i) pengembangan modal sumber daya
manusia, (ii) menciptakan pasar modal yang aman dan efisien, (iii) memperkuat
infrastruktur ekonomi, (iv) merancang teknologi untuk masa depan, (v)
mendorong pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan, serta (vi)
membangun dasar bagi dan mendorong pertumbuhan usaha kecil dan menengah
(UKM).
5. Pada tahun 1997 di Vancouver, Canada, APEC menghasilkan proposal untuk
Early Voluntary Sectoral Liberalization (EVSL) di 15 sektor dan memutuskan agar
update Individual Action Plans (IAP) atau Rencana Aksi Individu (RAI) harus
dilakukan setiap tahunnya.
6. Pada tahun 1998 di Kuala Lumpur, Malaysia, APEC menyetujui 9 sektor EVSL dan
mendorong persetujuan atas EVSL dari non-APEC members pada tingkat World
Trade Organization.
7. Pada tahun 1999 di Auckland, New Zealand, anggota APEC menyampaikan
komitmennya untuk melaksanakan paperless trading pada tahun 2005 untuk
developed economies dan tahun 2010 untuk developing economies. Pertemuan
juga menyetujui skema APEC Business Travel Card serta menghasilkan Mutual
Recognition Arrangement on Electrical Equipment dan Framework for the
Integration Women in APEC.
8. Pada tahun 2000 di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, APEC
menghasilkan electronic Individual Action Plan (e-IAP) system yang
memungkinkan pemantauan IAP secara online sekaligus meningkatkan akses
internet di kawasan APEC tiga kali lipat hingga tahun 2005.
9. Pada tahun 2001 di Shanghai, Republik Rakyat Cina, APEC mengadopsi Shanghai
Accord, yang terfokus pada perluasan Visi APEC, memperjelas Roadmap to Bogor
dan memperkuat mekanisme implementasi. Pertemuan juga mengadopsi e-APEC
Strategy, yang menentukan agenda untuk memperkuat market structures and
institutions, memfasilitasi investasi infrastruktur dan teknologi untuk transaksi
secara on-line serta mendorong kewirausahaan dan capacity building. Pertemuan
di Shanghai menghasilkan Counter-Terrorism Statement APEC yang pertama dan
merupakan awal pembahasan isu keamanan dalam APEC.
10. Pertemuan pada tahun 2002 di Los Cabos, Meksiko berhasil mengadopsi Trade
Facilitation Action Plan, Policies on Trade and the Digital Economy and
Transparency Standards. Pertemuan menghasilkan pula Counter-Terrorism
Statement yang kedua dan mengadopsi inisiatif Secure Trade in the APEC Region
(STAR)
11. Pada tahun 2003 di Bangkok, Thailand, pertemuan sepakat untuk mendorong
negosiasi WTO Doha Development Agenda (WTO DDA) dan melihat bahwa Free
Trade Agreements, Regional Trade Agreements, Bogor Goals dan sistem
perdagangan multilateral di bawah skema WTO yang pada prinsipnya bersifat
saling komplementer.
12. Pertemuan ke-12 Para Pemimpin Ekonomi APEC yang diselenggarakan di
Santiago, Chile, tanggal 20 – 21 November 2004, telah menghasilkan Deklarasi
para Pemimpin yang berjudul: Santiago Declaration: “One Community, Our
Future”. Sedangkan Pertemuan Tingkat Menteri (APEC Ministerial Meeting/AMM)
telah menghasilkan Joint Ministerial Statement AMM ke-16.
13. Pada tahun 2005 di Busan, Korea Selatan, Para Pemimpin Ekonomi APEC sepakat
untuk meluncurkan ”Busan Roadmap to Bogor Goals”, melakuakan Mid-Term
Stock Take/ evaluasi atas capaian anggota ekonomi APEC dalam merealisasikan
Bogor Goals. Selain itu, para Pemimpin Ekonomi APEC juga mengeluarkan sebuah
pernyataan bersama yang berisi dukungan kuat APEC atas penyelesaian negosiasi
Doha Development Agenda di WTO.

PERKEMBANGAN TERAKHIR APEC
Saat ini ekonomi yang menjadi host APEC adalah Vietnam. Tema yang diambil
untuk penyelenggaraan APEC tahun ini adalah “Towards a Dynamic Community
for Sustainable Development and Prosperity” dengan Sub Tema “Enhancing Trade
and Investment with the Busan Roadmap and Doha Development Agenda,
Strengthening Economic and Technical Cooperation for Gap Bridging and
Sustainable Development, Improving Secure and Favorable Business Environment,
Promoting Community Linkages.”
Sebagai perwujudan tema tersebut, telah ditetapkan 8 prioritas APEC 2006
sebagai berikut:
1. Mendorong kerjasama APEC untuk meningkatkan perdagangan dan investasi,
melalui
•Dukungan APEC terhadap WTO atau Doha Development Agenda (Support for
the WTO DDA)
•Pengimplementasian Busan Roadmap to Bogor Goals
2. Meingkatkan daya saing dari Usaha Kecil dan Menengah
3. Mendorong pemerataan kapasitas antar anggota Ekonomi APEC melalui
pembangunan sumber daya manusia, Kerjasama di bidang IT, dan kemitraan
untuk pembangunan.
4. Meningkatkan human security: Counter terrorism, health security, Disaster
Preparedness dan Energy Security.
5. Mendukung anti korupsi dan transparansi
6. Menghubungkan anggota-anggota Ekonomi APEC melalui pariwisata dan
pertukaran kebudayaan.
7. Mereformasi APEC menjadi organisasi yang lebih dinamis dan efektif.
8. Mendorong komunikasi lintas budaya (Cross-cultural Communication)
KEANGGOTAAN INDONESIA
Indonesia merupakan salah satu negara yang berperan aktif dalam pembentukan
APEC maupun pengembangan kerjasamanya. Keikutsertaan Indonesia dalam
APEC sangat didorong oleh kepentingan Indonesia untuk mengantisipasi dan
mempersiapkan diri dalam menghadapi perdagangan dunia yang bebas sekaligus
mengamankan kepentingan nasional RI. Kontribusi Indonesia terbesar bagi APEC
adalah disepakatinya komitmen bersama yang dikenal juga sebagai ‘Tujuan
Bogor’ (Bogor Goals) yaitu liberalisasi perdagangan dan investasi secara penuh
pada tahun 2010 untuk ekonomi yang sudah maju, dan tahun 2020 untuk
ekonomi berkembang. Komitmen ini menjadi dasar dalam berbagai inisiatif untuk
mendorong percepatan penghapusan tarif perdagangan maupun investasi antar
anggota APEC.
MANFAAT APEC BAGI INDONESIA
1. APEC merupakan forum yang fleksibel untuk membahas isu-isu ekonomi
internasional.
2. APEC merupakan forum konsolidasi menuju era perdagangan terbuka dan sejalan
dengan prinsip perdagangan multilateral
3. Peningkatan peran swasta dan masyarakat Indonesia menuju liberalisasi
perdagangan
Salah satu pilar APEC yaitu fasilitasi perdagangan dan investasi secara langsung
akan memberikan dampak positif bagi dunia usaha di Indonesia yakni kemudahan
arus barang dan jasa dari Indonesia ke anggota APEC lainnya. Beberapa inisiatif
APEC yang memberikan manfaat kepada dunia usaha di Indonesia antara lain
melalui pelaksanaan APEC Business Travel Card (ABTC) serta penyederhanaan
prosedur kepabeanan.
4. Peningkatan Human and Capacity Building
Indonesia dapat memanfaatkan proyek-proyek APEC untuk peningkatan kapasitas
dan peningkatan sumber daya manusia, baik yang disponsori oleh anggota
ekonomi tertentu maupun melalui skema APEC.
5. Sumber peningkatan potensi ekonomi perdagangan dan investasi Indonesia
P e mbentukan APEC telah memberikan manfaat terhadap peningkatan arus
barang, jasa maupun pertumbuhan ekonomi negara anggota APEC. Indonesia
memiliki potensi untuk memanfaatkan potensi pasar APEC bagi peningkatan
ekspor maupun arus investasi, khususnya karena mitra dagang utama Indonesia
sebagian besar berasal dari kawasan APEC.
6. APEC sebagai forum untuk bertukar pengalaman
Forum APEC yang pada umumnya berbentuk “policy dialogue” memiliki manfaat
yang sangat besar terutama untuk menarik pelajaran dan pengalaman positif
maupun negatif (best practices) anggota APEC lainnya dalam hal pengambilan
dan pembuatan kebijakan liberalisasi perdagangan dan investasi.
7. Memproyeksikan kepentingan-kepentingan Indonesia dalam konteks ekonomi
internasional
8. APEC merupakan salah satu forum yang memungkinkan Indonesia untuk
memproyeksikan kepentingan-kepentingannya dan mengamankan posisinya
dalam tata hubungan ekonomi internasional yang bebas dan terbuka
Anggota APEC
APEC saat ini memiliki 21 anggota, kebanyakan adalah negara yang memiliki garis pantai ke Samudra Pasifik.
Nama Anggota Tahun Diterima
Australia
1989
Brunei Darussalam
1989
Kanada
1989
Indonesia
1989
Jepang
1989
Korea Selatan
1989
Malaysia
1989
Selandia Baru
1989
Filipina
1989
Singapura
1989
Thailand
1989
Amerika Serikat
1989
Republik Cina
1991
Hong Kong
1991
RRC
1991
Meksiko
1993
Papua New Guinea
1993
Chili
1994
Peru
1998
Russia
1998
Vietnam
1998
[sunting] Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC

KTT APEC di Bangkok, Thailand
KTT APEC diadakan setiap tahun di negara-negara anggota. Pertemuan pertama organisasi APEC diadakan di Canberra, Australia pada tahun 1989.
APEC menghasilkan "Deklarasi Bogor" pada KTT 1994 di Bogor yang bertujuan untuk menurunkan bea cuka hingga nol dan lima persen di lingkungan Asia Pasifik untuk negara maju paling lambat tahun 2010 dan untuk negara berkembang selambat-lambatnya tahun 2020.
Pada tahun 1997, KTT APEC diadakan di Vancouver, Kanada. Kontroversi timbul ketika kepolisian setempat menggunakan bubuk merica untuk meredakan aksi para pengunjuk rasa yang memprotes kehadiran Soeharto yang menjabat sebagai presiden Indonesia pada saat itu.
Pada tahun 2003, kepala organisasi Jemaah Islamiyah Riduan Isamuddin alias Hambali berencana melancarkan serangan pada KTT APEC di Bangkok, Thailand. Hambali ditangkap di kota Ayutthaya oleh kepolisian setempat sebelum ia dapat melaksanakan serangan itu.
Pada tahun 2004, Chili menjadi negara Amerika Selatan pertama yang menjadi tuan rumah KTT APEC.
[sunting] Tabel KTT APEC
Halaman ini belum atau baru diterjemahkan sebagian dari bahasa Inggris.
Bantulah Wikipedia untuk melanjutkannya. Lihat panduan penerjemahan Wikipedia.

Nomor Tanggal Negara Kota Pranala Seragam foto Foto
1 6–7 November 1989
Australia
Canberra
tidak ada
2 29–31 Juli 1990
Singapura
Singapura
tidak ada
3 12–14 November 1991
Korea Selatan
Seoul
tidak ada
4 10–11 September 1992
Thailand
Bangkok
tidak ada
5 19–20 November 1993
Amerika Serikat
Seattle
jaket penerbang
6 15 November 1994
Indonesia
Bogor
baju batik

7 19 November 1995
Jepang
Osaka
baju wajib
8 25 November 1996
Filipina
Manila / Subic
barong tagalog
9 24–25 November 1997
Kanada
Vancouver
jaket kulit
10 17–18 November 1998
Malaysia
Kuala Lumpur
baju batik

11 12–13 September 1999
Selandia Baru
Auckland
jaket berlayar
12 15–16 November 2000
Brunei
Brunei
[1]
baju kain tenunan
13 20–21 Oktober 2001
Cina
Shanghai
sutra-embroided jackets
14 26–27 Oktober 2002
Meksiko
Los Cabos
baju guayabera (l); huipíles (p)

15 20–21 Oktober 2003
Thailand
Bangkok
baju brocade (l); brocade shawls (p)
16 20–21 November 2004
Chili
Santiago
[2]
chamanto
17 18–19 November 2005
Korea Selatan
Busan
[3]
hanbok
18 18–19 November 2006
Vietnam
Hanoi
[4]
áo dài
19 8–9 September 2007
Australia
Sydney
[5]
drizabones dan topi akubra
20 22-23 November 2008
Peru
Lima
[6]
Poncho

21 14-15 November 2009
Singapura
Singapura
Peranakan

22 November 2010
Jepang
Yokohama

23 November 2011
Honolulu
baju berbunga dan rok rumput
24 November 2012
Rusia
Vladivostok

No comments: